Halaman

Minggu, 10 Januari 2010

Sedang Tuhan pun Berbagi (i)

Kalau orang sampai mikir tema spiritualitas pembangunan, itu tak lain karena yang mengerjakan pembangunan itu memang manusia.
Mungkin saja dibantu dengan jin, dukun, iblis, setan atau bahkan maiaikat, tapi khalifah utamanya manusia.
Yang membuat jembatan adalah manusia. Yang bikin jalan tol juga manusia. Yang membeli ratusan hektar tanah dengan sertifikat in absentia ya manusia. Yang semakin terang-terangan minta sogokan untuk setiap langkah untuk membikin surat resmi ya manusia juga. Yang dagang kambing ya manusia. Bahkan yang dagang orang ya manusia.

Ada yang usil "Spiritualitas pembangunan itu apa bisa disebutjuga tuyul pembangunan? ". Jawablah why not? Etos tuyul bukan saja merasuk ke dalam mentalitas para manusia pembangunan, ia bahkan juga mempola di dalam sistem-sistem pembangunan. Hal seperti
ini tak perlu lagi diterang-jelaskan karena sudah menjadi pengetahuan bersama, bahkan mungkin sudah menjadi pengalaman kita bersama, dalam frekwensi masing-masing.
Kalau tuyulisme memiliki.peranan tak kecil dalam proses pembangunan, maka biarlah kita pakai saja kerangka berpikir 'kampung' untuk melihat tuyul itu keponakan siapa. Kita sudah kenal Dajjal dan barangkali sudah lama karib dengan syaitan, gendruwo maupun druhun atau apapun dalam 'zat' dan 'bentuk'nya yang silahkan diperdebatkan. Tapi jadinya kita juga mengingat citra Allah, kapasitas kemalaikatan atau apapun didalam din kita.
Cari gendruwo jangan ke kuburan. Cari kemamang jangan ke sawah sepi, Cari banaspati jangan ke rerimbunan pohon. Cukup menjumpai mereka dengan membalikkan arah pandang mata : dari luar ke dalam. Tuyul bahkan bergerombol- gerombol di ujung jari jemari kita.
Jadi kalau tiba-tiba saja kita mentertawakan tema spiritualitas pembangunan, tiba-tiba juga kita tonton bahwa yang tertawa itu ternyata Oom Tuyul, yang tinggai begitu krasan di dalam lendir keringat kita yang kumuh.
Kenyataan seperti itu gamblang dan rasional.
Dajjal ditugasi merangkumi sejarah, syaitan dipekerjakan di langkah manusia, tuyul diberi peran-peran dalam mesin dan birokrasi.
Seperti juga Allah mempekerjakan diriNya, Allah menugasi diriNya, Allah menentukan fungsi-fungsiNya, dalam konteks dan batasan-batasan yang ia tentukan sendiri. Mau apa, memang yang bikin seluruh makhluk ini memang Ia sendiri.(bersambung )
(Emha Ainun Nadjib/"Nasionalism e Muhammad - Islam Menyongsong Masa Depan"/Sipress/ 1995/PadhangmBul anNetDok)

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar